"Jika cita-cita adalah sebuah tujuan dan masa depan, maka masa lalu dan sejarah adalah satu-satunya cara untuk mendapatkanya" -Arung Samudra-

Senin, 21 April 2014

Bagaimana dengan Jokowi?

Pesta politik di Indonesia baru saja dimulai. Para kader politik mempersiapkan diri dan partai tungganganya untuk bersaing merebutkan suara memperoleh kursi nomor satu. Berbagai cara mereka lakukan untuk menghadapi pertandingan politik kelas kakap ini, termasuk menggandeng para publik figure dari berbagai kalangan untuk menambah popularitas kelompok mereka. Jokowi adalah salah satu calon presiden yang diharpkan mampu mendongkrak popularitas dan perolehan suara oleh Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan (PDI-P). Menurut Said Salauhuddin, Megawati beserta seluruh tokoh dari PDI-P menyadari bahwa 2014 ini adalah kesempatan bagi partai berlogo banteng bermoncong putih untuk merebut kekuasaan politik setelah beberapa tahun menjadi partai oposisi. Menurut Prof. Dr. Frans Magnis Suseno, SJ ketika menjadi pembicara dalam seminar dan diskusi bertemakan “Memilih Secara Cerdas” di Universitas Sanata Dharma, Jumat 4 April 2014, beliau menguraikan bagaimana pemimpin yang layak dipih. Diantaranya adalah : memiliki integritas, mengabdi untuk kepentingan bangsa, tidak memiliki masalalu berdarah, memiliki visi serta konsep untuk mengatasi tantangan dan ancaman, berani melakukan sesuatu yang tidak polpuler, berjiwa pancasila dan menjunjung HAM, dan menjunjung pluralitas dan melindungi minoritas. Sepintas Jokowi memenuhi seluruh kriteria yang sudah disebutkan oleh dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara tersebut, namun banyak juga kontra atas pencalonan Jokowi sebagai calon presiden oleh Megawati sejak 14 Maret 2014 lalu. Dilihat dari partai tunggangan Jokowi di pemilu 2014 ini, PDI-P mendapatkan banyak sorotan sebagai sumber permasalahan dan kontra atas pencalonan Jokowi. Menurut artikel voa-islam.com, PDI-P adalah partai terkorup. Kader dan tokohnya menjadi langganan KPK, dan tokohnya seperti Emir Moeis yang sekarang menjalani pengadilan tipikor, termasuk Mega memberikan pengampunan kepada obligor BLBI yang sudah mengeruk dana Rp 650 triliun. Megawati bersama PDI-P juga menghianati perjanjian batu tulis yang menyatakan bahwa Mega sepakat akan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2014. Selain itu PDI-P juga kental kaitanya dengan usaha Multi Level Marketing (MLM). Di tahun 2014 ini PDI-P mengusung Leader MLM dari salah satu MLM yang memproduksi obat dari bahan dasar propolis untuk menjadi anggota legislative. Padahal, seperti yang kita ketahui leader MLM itu mempunyai banyak cara untuk menggaet calon membernya, kebanyakan dengan cara tipu-menipu. Dapat disimpulkan kalau sebagian kader partai merah ini hanya bisa nhomong seperti sales produk dan tipu-menipu tanpa memperjuangkan nasib rakyat. Jika Jokowi benar-benar terpilih menjadi Presiden maka ia hanya akan menjadi “Presiden Boneka” saja. Segala keputusan dan kebijakan presiden akan diatur oleh PDI-P dan Megawati Hal ini sudah terbukti, pada masa jabatanya yang belum selesai sebagai wali kota Solo ia mencalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Di masa jabatanya sebagai DKI-1 yang belum genap 2 tahun ini dan belum menghasilkan apa-apa untuk Jakarta, ia mau di calonkan sebagai presiden oleh Megawati. Selain itu adalah bukti Jokowi akan menjadi presiden boneka, Jokowi juga di cap sebagai penghianat rakyat. Menurut artikel berjudul “Misteri Keberadaan dan Keputusan Mega Sebelum Pencapresan Jokowi” yang dimuat di melekpolitik.wordpress.com, Megawati menghilang dari media bersamaan waktu dengan hilangnya pesawat MH370 milik maskapai Malaysia Airlines. Berita di beberapa media , Mega bertemu dengan presiden AS (Bill Clinton / Hilaric Clinton) di sebuah Negara sekutu pada tanggal 3 Maret untuk membicarakan pencalonan presiden PDI-P . Singkatnya, apabila Jokowi terpilih menjadi presiden maka Indonesia akan dikuasai oleh Mafia Cina. Hal ini disebabkan karena adanya campur tangan para pemimpin Amerika Serikat dan James Riady. James Ready adalah seorang successor yang ditunjuk sebagai pengumpula dana untuk pemenangan Jokowi. Ia juga tim sukses dari Pat Robertson yang terkenal sebagai anti Islam. Lebih jauh dari ini, di duga usaha James Riady memenangkan Jokowi sebagai presiden bukan karena factor politik dan ekonomi saja, namun ia juga mempunyai misi bersama JR dan Antoni Salim, Edward Suryajaya, Edi dan Popo Sariadmaja, dengan pengusaha-pengusaha dari etnis tionghoa terkait pelemahan NKRI dan komunitas mayoritas muslim Indonesia, pernyataan tersebut saya dapat dari siapadibalikjokowi.blogspot.com. Dilihat dari ideology menurut melekpolitik.wordpress.com, PDI/P dan Megawati mengusung ideologo marhaen, soekarnoisme, pancasilais, nasionalis. Hal ini sangat bertolah belakang dengan Jokowi dan tokoh-tokoh dibaliknya, mereka menggunakan ideologi kapitalis liberal, ideology ini biasanya dianut oleh para mafia cina, koruptor BLBI, Partai Komunis China dan sebagian elit PDI-P. Secara ideologi kelompok pro-Jokowi adalah musuh besar dari ideology Pancasila. Meskipun rencanya Jokowi akan di duetkan dengan Ryamizard Ryacudu ( seorang patriot pancasilais agamis sejati) sebagai wakilnya, namun ancaman besar terhadap NKRI tetap besar. Jika kita merenungi apa yang sudah dikatakan Prof. Dr. Magnis Suseno, SJ tentang kriteria pemimpin yang layak untuk dipilih, tentunya Jokowi sudah memenuhi syarat-syarat tersebut. Namun, tanpa banyak khalayak umum ketahui ada berbagai ancaman yang dapat mengganggu kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Tentunya kita sebagai bangsa yang peduli akan nasib dan masa depan bangsa Indonesia dapat memilih apa yang terbaik bagi kemajuan Indonesia tanpa mengganggu kestabilan NKRI dan menghilangkan nilai-nilai luhur dari Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar