okey.. artikel ini saya tulis krang lbih selama 1,5 bulan
di kamar saya, untuk mengisi kelonggaran waktu dan menghilangkan penat
saya... sebelumnya saya minta maaf kepada siapa saja yang merasa
tersinggung membaca artikel saya ini, tapi niat saya menulis bukan untuk
menghina, menccemooh, meremehkan suatu pihak atau bahkan karena saya
berada di posisi merosot.. melainkan saya hanya menulis tentang realita
kehidupan yang benar2 terjadi di lingkungan saya dalam kurun waktu yang
cukup singkat ini. Ok, then check this out!
Dasar permasalahan dari artikel yang saya buat ini adalah
Mengapa (mereka pikir) jurusan IPA lebih baik?
Sebenarnya
sistem pendidikan di Indonesia sudah mengelompokkan program studi di
SMA menjadi tiga klasifikasi : Kelas IPA, Kelas IPS dan Kelas Bahasa.
Hal ini dilakukan pada awalnya untuk memfasilitasi minat siswa yang
berbeda-beda, namun karena penerapan yang KURANG MERESAP, hal ini
kemudian malah berubah menjadi suatu bentuk baru dari education racism.
Menempatkan siswa IPA sebagai ras unggul dunia akademis that give IPA
students a privilege to force IPS and Language students to SHIT
themselves.
(Karena banyak bergaul sama orang pinter, seorang Arung jadi sok England)
Berikut
adalah alasan yang menempatkan kelas IPA sebagai jurusan primadona
bagi para orang tua (dan tentunya anak-anak mereka yang penurut):
- (Mereka pikir) Pelajaran IPA itu lebih SULIT Dan yang lebih sulit, yang lebih bikin BANGGA!!!!
Memasuki
kelas 2 SMA semester akhir memang saatnya untuk sport jantung. Bukan
apa-apa, masalahnya syarat untuk bisa masuk kelas IPA minimal nilai
pelajaran matematika, fisika, kimia, dan biologi (MAFIKIBI) semua harus
diatas 6.
Orang tua pun sibuk cari tempat bimbingan belajar untuk
anaknya. Kemudian sepulang dari bimbel, masih juga ada guru privat
yang sudah menunggu di rumah. Les tambahan dengan guru di sekolah pun
tidak lupa diikuti, yah siapa tau aja bisa dapet bocoran soal ulangan .
Ya ampuun, kenapa sih pelajaran IPA sulit semua?!!
Faktanya:
Belajar
ilmu pasti sebenarnya tidak sesulit itu (yeah right, TALK TO MY
HAND!!), karena seluruh variable-nya teridentifikasi dengan jelas.
Objek-objek yang dipelajari kebanyakan benda mati, atau kalaupun tidak,
perilakunya mudah diprediksi. Pokoknya pasti-pasti semua deh
Berbeda
dengan pemodelan sosial yang banyak memperhitungkan aspek pola
perilaku manusia, dimana variabelnya lebih banyak, lebih rumit, dan
tidak dapat diprediksi dengan jelas. Menurut para ahli, justru studi
sosial perlu dilakukan dengan analisa yang membutuhkan kemampuan logis
yang kuat . Dan tidak ada rumus jempol untuk pelajaran sosial yang dapat
dibuat, bahkan oleh seseorang sekelas Einstein sekalipun.
Lagipula
setiap orang itu kan dilahirkan dengan bakat yang berbeda-beda. Tidak
adil rasanya bila kita mengatakan pelajaran IPA lebih sulit dari
pelajaran lainnya. Karena dengan bakat orang yang berbeda-beda,
parameter sulit pun seharusnya menjadi berbeda-beda. Adalah suatu hal
yang wajar apabila seorang matematikawan dapat menguasai deret fourier
tanpa kesulitan, sebab bisa jadi parameter sulit menurutnya adalah
memainkan Donkey Kong hingga mendapatkan kill screen . Sementara di
tempat lain ada lho orang-orang yang bisa melakukannya, menjadi legenda,
bahkan di-film-kan!
2. (Mereka pikir) Anak IPA itu super PINTAR Dan yang lebih pintar, yang lebih bikin BANGGA!
Selamat
anda kini diterima dikelas IPA! Suka atau tidak, anda lah kini strata
tertinggi dalam piramida dunia pendidikan. Pakai lah kacamata, tenteng
buku fisika kemana-mana, dan masuk perpustakaan sekali-kali.
Orang-orang akan tahu bahwa anda PINTAR. Untuk lebih meyakinkan lagi,
bolehlah diskusikan tentang rumus-rumus trigonometri atau reaksi kimia
di tempat publik. Maka orang-orang pun akan memandang anda dengan kagum
dan berkata lirih: This is the man who is gonna change the world !!!!!
Faktanya: (saya copaskan dari embah google ea)
Sejak tahun 1983, seorang psikolog dan peneliti Harvard University
bernama Howard Garner telah mengatakan bahwa kecerdasan dasar manusia
itu dapat terbagi atas beberapa macam, diantaranya:
1. Kecerdasan Visual-Spatial, berhubungan dengan kemampuan mengingat gambar dan visualisasi objek di dalam pikiran.
Contoh karir: peserta kuis tebak gambar
2. Kecerdasan Linguistik, berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan mengolah kata.
Contoh karir: playboy, penipu
3. Kecerdasan Logika-Matematika, berhubungan kemampuan berlogika,
menghubungkan sebab-akibat, bermain angka-angka. Memiliki korelasi yang
erat dengan konsep kecerdasan tradisional atau yang dulu dikenal dengan
istilah IQ.
Contoh karir: Rocket Scientist (ck, boring!)
4. Kecerdasan Fisik-Kinestetik, berhubungan dengan ketangkasan, kontrol
tubuh, dan kemampuan meng-handle benda dengan terampil.
Contoh karir: God of gambler
5. Kecerdasan Musikal, berhubungan dengan kemampuan mengenali dan
mengolah suara, nada, ritme dan musik baik hanya dengan vokal maupun
menggunakan alat.
Contoh karir: personel soneta group
6. Kecerdasan Interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Contoh karir: politikus, pejabat, koruptor, business-man, mafia
7. Kecerdasan Intrapersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk mengenali diri, introspeksi dan pengembangan diri.
Contoh karir: psikolog, motivator, pengangguran (yang punya cukup banyak waktu untuk merenungi nasibnya yang sial)
Dan pada tahun 1999, ia menambahkan satu kecerdasan dasar lagi kedalam daftarnya.
8. Kecerdasan Naturalis, berhubungan dengan alam, merawat dan menjaga ekosistem lingkungan.
Contoh karir: penjaga kebun binatang
Lalu
dimana posisi kecerdasan anak IPA yang katanya paling pintar sejagad
raya tadi? Kalau diperhatikan, ternyata pelajaran IPA hanya berkisar di
urusan utak-atik angka dan perkara reproduksi kodok. Ini berarti hanya
kecerdasan logika-matematik dan kecerdasan naturalis yang digunakan.
Atau dengan kata lain, anak IPA belajar di kelas hanya dengan
menggunakan (seperempat) potensi kecerdasannya.
3. (Mereka pikir) Masuk IPA adalah rumus pasti untuk SUKSES di masa depan Dan yang lebih sukses, yang lebih bikin BANGGA!
Berada
di kelas IPA, berarti anda kelak akan menjadi Insinyur, ilmuwan atau
dokter. Yang mana (mereka & kita pikir) pasti akan mendapatkan
pekerjaan tetap yang mapan, menghasilkan banyak uang, punya rumah mewah,
mobil bagus, istri cantik dan mati masuk surga. Lupakan cita-cita masa
kecil ingin jadi pelukis, designer pakaian atau guru bahasa inggris.
Karena anda tinggal di Indonesia, dimana semua itu (mereka & kita
pikir) tidak ada masa depannya.
Well done, youre now already in the right path!!!!! klothagg.klothagg
Faktanya:
(yang ini saya ambilkan dari posting blog followers saya.. hehe maap ya tak copas)
Memang
harus diakui, STEM subjects begitu digemari bukan tanpa alasan. Sumber
penghasilan 6 dari 10 orang terkaya versi Forbes berasal dari bidang
ini, kecuali Warren Buffet (Berkshire Hathaway), Bernard Arnault (Luis
Vitton), Amancio Ortega (Zara), dan Crishty Walton (Walmart).
WAIT A MINUTE!!!
Are
we telling you that the rest of four are not STEM-oriented person and
still they get so FREAKIN RICH??? Actually, yes we are.
Dan lagi,
coba pikir dengan jernih, apa mungkin 10 orang terkaya tadi dapat
sedemikian SUKSES tanpa kemampuan bisnis dan interpersonal skill yang
luar biasa (which are very very IPS)?? Non-sense!
Tapi mungkin kemudian kalian berpikir:
Hey..
hey.. Tuan penulis tunggu dulu! Kami ini orang ASIA, kami tidak
seambisius itu, kami cuma sekedar ingin hidup normal, menikmati gaji
besar dengan anak dan istri-istri kami kelak
Ok, then check this
out! Dalam sebuah survey yang mengelompokkan 171 bidang studi dalam 15
kategori di Amerika sana, para responden diminta menyebutkan gelar
s1-nya dan menyebutkan penghasilannya. Ternyata dari 15 kategori tadi,
penghasilan orang Asia mendominasi di 3 kategori yaitu: Hukum dan
kebijakan publik, psikologi dan pekerjaan sosial, serta biologi dan
ilmu hayati. Well, hanya ilmu tentang reproduksi kodok that works with
Asian. Lalu sekarang coba tebak, responden Asia sebagian besar berasal
dari lulusan mana? Yes indeed, COMPUTER SCIENCE AND MATHEMATICS.
FREAK!!
Mohon dipahami, tulisan ini bukannya tulisan anti IPA, karena kenyataannya penulis anak IPS ( pacar n teman2 terdekat dari IPA :D)..
Setiap
manusia berhak untuk menentukan jalan hidupnya, sesuai dengan cita-cita
yang ingin diraihnya. Boleh pilih jurusan manapun, entah IPA, IPS atau
Bahasa. Namun yang penting jangan pernah memilih hanya agar hidup
aman. To hell with mainstream we create our own opportunity!
Demikian coretan dari Mr. Klothag..
SOSIAL SAMA ALAM GA PERNAH BISA DIPISAHKAN...